Sabtu, September 06, 2008

Amarah

Salah satu sifat yang melekat pada setiap manusia adalah marah. Terjadinya sifat marah dapat diakibatkan sakit hati, kekesalan dan rasa kecewa. Contohnya seseorang yang dihina oleh orang lain, maka bisa muncul sifat marah pada orang yang dihina tersebut.



Setiap manusia diperbolehkan marah, selama kemarahan itu wajar dan terkendali. Bukan kemarahan yang berlebihan, tanpa kendali dan tidak proporsional. Allah SWT berfirman yang artinya :“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang bertakwa. (Yaitu) orang yang berinfak baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-Imran : 134)Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Bukanlah orang kuat itu yang kuat dalam berkelahi, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalika hawa nafsunya ketika marah”. (HR. Bukhari dan Muslim)Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda :“Barangsiapa menahan amarahnya, maka Allah akan menahan siksa-Nya…” (HR. Thabrani dan Baihaqi)Imam al-Ghazali menyebutkan tingkatan manusia dikaitkan dengan kemarahannya, dapat dikelompokkan kepada tiga jenis, yaitu :



1. Tafrith, yaitu orang yang tidak memiliki kemarahan sama sekali atau hilang marahnya. Dia serba tak acuh terhadap segala yang terjadi di sekelilingnya. Bahkan terhadap segala penghinaan, penyelewengan agama sekalipun dia tidak memiliki sifat marah sama sekali.



2. Ifrath. Yaitu orang yang berlebih-lebihan dalam kemarahannya. Orang ini hanya disebabkan oleh satu kesalahan sedikit atau kekecewaan sedikit saja yang disebabkan orang lain, maka dia akan marah tanpa kendali. Kata-katanya kotor, gayanya menyeramkan, tindakannya kasar dan kejam, segala sesuatu akan menjadi sasaran kemarahannya.



3. I’tidal, yaitu orang yang mampu mengendalikan amarah, ketika muncul. Orang ini kalau marah mudah memaafkan. Dan penyebab kemarahannya juga adalah sesuatu yang sudah keterlaluan, termasuk penghinaan agama dan perendahan derajat manusia secara berlebihan.



Imam Al-Ghazali menyebut bahwa orang kelompok ketigalah yang terbaik.

Rasulullah SAW memberiken kiat kepada kita untuk mengendalikan amarah :Kalau kita sedang berdiri lalu marah, cobalah duduk untuk mengurangi marah.Kalau kita sudah duduk masih marah juga, cobalah berbaring.Kalau sudah berbaring, masih marah juga, maka cobalah berwudhu.Kalau setelah berwudhu masih marah juga, maka kita dianjurkan untuk sholat sunnat mutlak, yang disertai doa agar Allah menurunkan amarah.Semoga Allah, menjadikan kita manusia yang pandai mengendalikan amarah. Amiin..!

Tidak ada komentar: